Wednesday, February 27, 2008

ROKOK SEPANJANG 865,6 meter

Setelah beristirahat sebentar dari menulis, terasa ada yang kurang atau kurang afdol. Lirik ke samping meja, tergelak sebuah kotak hitam yang nan mengkilat cantik. Wismilak Diplomat. Tangan ini meraih dan menyingkap tutupnya dan mencuatlah 12 kepala yang ranum siap di kulum dan sedot hm....

Tik..cess....sesaat tarikan nafas panjang kemudian di hembuskan. Asap menggumpal tersembur dari mulut dan hidung. Wajah plus bola mata yang menyipit mencoba menikmati asap rokok yang menyelimuti. Terasa nikmat sekali. Ada sensasi tertentu yang langsung hinggap diperasaan. Tenang dan bersemangat.

Rokok ini menemani saya memang sudah sangat lama. Dari umur 8 tahun. gila...memang sekarang udah 38 tahun; sampai sekarang masih di temani benda yang namanya rokok. Yach...dimulai dari kenalan dengan rokok yang harus dibuat sendiri (tingwe kata orang jawa).

Dulu waktu dikampung saya punya tempat rokok tersendiri yang terbuat dari bambu. Tembakau buatan orang tua. Daun tembakau asli yang di rajang menggunakan bambu. Setelah dirajang kemudian di jemur sampai kering. Proses akhirnya, di masukan dalam bambu kemudian disimpan selama tiga bulan. Hasil yang didapat memang sangat-sangat mantep. Terutama kalau digulung menggunakan daun pisang (pisang liar dihutan; harus diproses sehingga daun ari-nya saja yang dipakai) dan ditambah kembang cengkeh kering. Nikmat...mantaep...

Sekitar tahun 1979 saya berkenalan dengan rokok pabrikan. Rokok pertama yang saya isap adalah Bentoel. Kala itu nikmat memang. Saya menghisap rokok ini sampai duduk di bangku kelas 2 SMP. Akan tetapi setelah perusahaan rokok ini mengalami situasi kurang baik, setelah ganti kepemilikan, rokok merk ini tiba-tiba tidak terasa nikmat lagi. Filternya terlalu manis, dan bau kertasnya terasa sekali kalau di-isap. Maka saya pindah ke lain hati.

Sekitar tahun 80-an saya pindah ke rokok yang waktu itu sangat favorite. Kalangan muda senang mengisap rokok ini karena terasa memang cukup keras. Terutama bagi yang suka begadang. Gudang Garam Filter, sebuah rokok yang punya model mungil pendek praktis masuk kantong. Kalau tidak salah rokok ini memiliki kandungan tar dan nicotine yang berada di atas rata-rata kandungan rokok yang lain. Jangan heran kalau di-sedot langsung terasa sampai terasa dada sesak dan jantung berdetak dengan kencang. Hebat...hebat memang.....

Memangnya tubuh kita ini dari mesin......terasa sudah, dada sakit setiap kali menarik rokok ini. Rasa kawatir muncul; tapi jalan keluar yang dicari adalah mencari rokok alternative. Djisamsoe dicoba, tapi bau-nya sangat melekat di badan. Sehari saja merokok semua badan bau tembakau lebih-lebih pakaian. Marlboro produksi Amrik, tembakaunya sangat terasa pahit. Gudang Garam Surya terasa apek dan terlalu enteng dalam tarikan disamping itu sangat bau kertas. Coba rokok-rokok putih yang beraneka ragam, lebih baik tidak usah merokok sekalian karena tidak terasa tembakau lagi. Merokok putih sama saja membikin perut pabriknya tambah buncit saja karena rokoknya bisa nyala sendiri (seperti kertas dibakar) tanpa diisap. Dengan demikian tentu saja rokok sangat cepat habis dan harus segera ke warung sebelah untuk beli lagi.

Wismilak Diplomat ini saja yang terasa klop. Tegangan yang di munculkan dengan meng-hisap rokok ini dibawah GG.Filter sedikit tapi masih di atas rokok yang lain. Kemasan cantik dengan warna hitam bertuliskan warna emas. Elegance dan spotlight. Tapi jangan salah pilih ada dua varian yang ditawarkan. Hanya variant yang isi 12 saja yang paling pas untuk perokok. Sekarang ini di label bea cukainya tertera harga Rp.8.900, tapi praktek penjualan selalu dibawah harga itu. Seperti yang saya alami setiap hari harus keluarin dana Rp 15.000,00 untuk dua bungkus.

Setiap hari pengeluaran untuk rokok ini termasuk biaya tidak tetap. Bisa naik bisa turun tergantung situasi dan kondisi. Apabila banyak kegiatan yang memerlukan konsentrasi tinggi, maka keperluan akan rokok akan meningkat. Tetapi apabila tidak banyak kegiatan dan lebih banyak dihabiskan waktu dengan berbaring ditempat tidur plus mendengkur maka dijamin tidak akan banyak biaya untuk rokok. Apa ada orang bisa merokok sambil tidur........?

Hebat memang rokok ini, satu batang panjangnya 9 cm berarti 1meter 0.08 cm panjang rokok satu bungkus. Kalau seperti saya yang merokok 2 bungkus sehari itu berarti 2x1.08cm= 2.16 meter sehari. Berarti kalau satu tahun saya merokok 865,6 meter panjang rokok wuah.....

Biaya yang harus saya sisihkan untuk merokok setahun dengan menghisap sepanjang itu adalah Rp 5.475.000,00. Itu untuk tahun ini dengan catatan kondisi harga masih 7.500 perbungkus serta saya merokok 2 bungkus sehari. Terus kalau lima tahun kedepan berarti minimal biaya rokok saya adalah Rp 33.192.500,00!! ini saya hitung dengan asumsi kenaikan rokok setiap tahun 10 persen.

Melihat dari kenyataan itu selama 29 tahun saya merokok biayanya sudah bisa untuk membeli sebuah rumah yang cukup lengkap. Bayangkan aja perhitungan 5 tahun aja bisa dapat separuh RSS.

Sayang memang dengan kenyataan itu. Tapi gimana cara bisa terlepas dari rokok. Dalam lubuk hati yang terdalam ada keinginan untuk lepas. Setiap kali berusaha setiap kali pula lemah dan gagal. Banyak orang bilang kunci utamanya adalah kemauan. Kata orang ada ada obatnya seperti yang saya sering terima lewat email salah satunya saya telusuri jejak email dapatkan program Meds4all, yang menawarkan cara lepas dari rokok.

Tapi biar ajalah dulu nanti ada saatnya saya harus berjuang dan terlepas.
Johans

No comments: